1.KUNYIT
1. History of ingredient
Kunyit tergolong dalam kelompok jahe-jahean, Zingiberaceae.
Kunyit dikenal di berbagai daerah dengan beberapa nama lokal, seperti turmeric (Inggris), kurkuma (Belanda), kunyit (Indonesia
dan Malaysia), janar (Banjar), kunir (Jawa), koneng (Sunda), konyet (Madura).
2. Nutrient of ingredient
Kunyit indonesia mengandung senyawa yang berkhasiat obat,
yang disebut kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin , desmetoksikumin sebanyak
10% dan bisdesmetoksikurkumin sebanyak
1-5% dan zat- zat bermanfaat lainnya seperti minyak atsiri yang terdiri
dari Keton sesquiterpen,turmeron, tumeon 60%, Zingiberen
25%, felandren , sabinen , borneol dan sineil. Kunyit juga
mengandung Lemak sebanyak
1 -3%, Karbohidrat sebanyak 3%, Protein 30%, Pati 8%, Vitamin C45-55%,
dan garam-garam mineral, yaitu zat besi, fosfor, dan kalsium.
3.Function of ingredient
Kunyit atau Curcuma domestica selalu digunakan di dapur
sebagai penyedap makanan atau pewarna. Selain digunakan di dapur, kunyit juga
telah dipakai secara turun-temurun sebagai obat tradisional.. Kunyit selalu
dijadikan dalam bentuk tepung, pasta, minyak, ubat hirup(inhaler) atau
hanya direbus begitu sahaja. Memang peyembuhan relatif lambat, tetapi kemampuan
kunyit sebagai antibakteria, stimulan (merangsang aktiviti saraf untuk
sementara waktu), tonik (memulihkan semangat tubuh atau organ tertentu dan
astringent (bahan penyebab kontraksi jaringan) menampakkan keperkesanannya.
Sebagai ubat luar, kunyit dicampurkan dengan minyak kelapa dipakai sebagai ubat luka. Pada penyakit cacar dan cacar air, satu lapisan serbuk kunyit akan memudahkan proses pengeringan luka. Kunyit juga sering dipakai sebagai ubat otorrhoea (penyakit telinga bernanah). Kunyit juga digunakan untuk merawat inhaler, penyembuh radang selaput hidung yang menyebabkan penyumbatan hidung atau beberapa gejala flu yang lain.
Air rebusan kunyit diketahui sebagai ubat cirit-birit dan penambah selera makan. Untuk penyakit bronchitis dan batuk, air rebusan kunyit, jahe dan gula merah dapat mengubatinya sekira diminum secara teratur. Pusat Penelitian Makanan di Amerika Syarikat menemui bahwa campuran kunyit dan kayumanis ternyata berpeluang mengubati penyakit diabetes. Ramuan tersebut dapat melipatgandakan kebolehan kerja insulin untuk menguraikan glukosa. Daripada beberapa ujian farmakologi , zat kurkumin sebagai pemberi warna kuning pada tanaman ini yang berperanan sebagai antibakteria dan antiinflamasi dalam proses penyembuhan luka.
4. Characteristic of ingredient
Keras
Sumber : www.google.com
wikipedia
Sebagai ubat luar, kunyit dicampurkan dengan minyak kelapa dipakai sebagai ubat luka. Pada penyakit cacar dan cacar air, satu lapisan serbuk kunyit akan memudahkan proses pengeringan luka. Kunyit juga sering dipakai sebagai ubat otorrhoea (penyakit telinga bernanah). Kunyit juga digunakan untuk merawat inhaler, penyembuh radang selaput hidung yang menyebabkan penyumbatan hidung atau beberapa gejala flu yang lain.
Air rebusan kunyit diketahui sebagai ubat cirit-birit dan penambah selera makan. Untuk penyakit bronchitis dan batuk, air rebusan kunyit, jahe dan gula merah dapat mengubatinya sekira diminum secara teratur. Pusat Penelitian Makanan di Amerika Syarikat menemui bahwa campuran kunyit dan kayumanis ternyata berpeluang mengubati penyakit diabetes. Ramuan tersebut dapat melipatgandakan kebolehan kerja insulin untuk menguraikan glukosa. Daripada beberapa ujian farmakologi , zat kurkumin sebagai pemberi warna kuning pada tanaman ini yang berperanan sebagai antibakteria dan antiinflamasi dalam proses penyembuhan luka.
4. Characteristic of ingredient
Keras
Sumber : www.google.com
wikipedia
2.Jahe
Jahe (Zingiber
officinale), adalah tanaman rimpang yang sangat populer sebagai rempah-rempah
dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk jemari yang menggembung di ruas-ruas
tengah. Rasa dominan pedas disebabkan senyawa keton bernama zingeron.
Jahe termasuk suku Zingiberaceae (temu-temuan). Nama ilmiah
jahe diberikan oleh William Roxburgh dari kata Yunani zingiberi,
dari Bahasa Sanskerta, singaberi.
Jahe diperkirakan berasal dari India. Namun, ada
pula yang mempercayai jahe berasal dari Republik
Rakyat Tiongkok Selatan. Dari India, jahe dibawa sebagai rempah perdagangan
hingga Asia Tenggara, Tiongkok, Jepang,
hingga Timur Tengah. Kemudian pada zaman kolonialisme, jahe
yang bisa memberikan rasa hangat dan pedas pada makanan segera menjadi
komoditas yang populer di Eropa.
Jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu jenis
tanaman yang termasuk ke dalam suku Zingiberaceae. Nama Zingiber berasal
dari bahasa Sansekerta “singabera” (Rosengarten 1973) dan Yunani “Zingiberi”
(Purseglove et al. 1981) yang berarti tanduk, karena bentuk rimpang jahe mirip
dengan tanduk rusa. Officinale merupakan bahasa latin (officina) yang berarti
digunakan dalam farmasi atau pengobatan (Janson 1981).
Jahe dikenal dengan nama umum (Inggris) ginger atau garden
ginger. Nama ginger berasal dari bahasa Prancis: gingembre, bahasa Inggris
lama: gingifere, Latin: ginginer, Yunani (Greek): zingiberis (ζιγγίβερις).
Namun, kata asli dari zingiber berasal dari bahasa Tamil inji ver.
Istilah botani untuk akar dalam bahasa Tamil adalah ver, jadi akar inji adalah
inji ver.
Di Indonesia jahe memiliki berbagai nama daerah. Di Sumatra
disebut halia (Aceh), beuing (Gayo), bahing (Karo), pege (Toba), sipode (Mandailing), lahia (Nias), sipodeh (Minangkabau), page (Lubu),
dan jahi (Lampung). Di Jawa, jahe dikenal dengan jahe(Sunda), jae (Jawa), jhai (Madura),
dan jae (Kangean). Di Sulawesi, jahe dikenal dengan nama layu (Mongondow), moyuman(Poros), melito (Gorontalo), yuyo (Buol), siwei (Baree), laia (Makassar),
dan pace (Bugis). Di Nusa Tenggara, disebut jae (Bali), reja (Bima), alia (Sumba),
dan lea (Flores). Di Kalimantan (Dayak), jahe dikenal dengan
sebutan lai, di Banjarmasin disebut tipakan. Di Maluku, jahe
disebut hairalo (Amahai), pusu, seeia, sehi (Ambon), sehi (Hila), sehil (Nusalaut), siwew (Buns), garaka(Ternate), gora (Tidore),
dan laian (Aru). Di Papua, jahe disebut tali (Kalanapat)
dan marman (Kapaur). Adanya nama daerah jahe di berbagai wilayah di
Indonesia menunjukkan penyebaran jahe meliputi seluruh wilayah Indonesia.
Karena jahe hanya bisa bertahan hidup di daerah tropis,
penanamannya hanya bisa dilakukan di daerah katulistiwa seperti Asia
Tenggara, Brasil,
dan Afrika.
Saat ini Equador dan
Brasil menjadi pemasok jahe terbesar di dunia. Dalam sistematika tumbuhan,
tanaman jahe termasuk dalam kingdom Plantae, Subkingdom Tracheobionta,
Superdivisi: Spermatophyta, Divisi: Magnoliophyta/Pteridophyyta, Subdivisi:
Angiospermae, Kelas: Liliopsida-Monocotyledoneae, Subkelass: Zingiberidae,
Ordo: Zingiberales, Suku/Famili: Zingiberaceae, Genus: Zingiber P. Mill.
Species: Zingiber officinale (Roscoe, 1817) (US National Plant Database 2004).
Sinonim nama jahe adalah : Amomum angustifolium Salisb., dan Amomum
zingiber L. Ada sekitar 47 genera dan 1.400 jenis tanaman yang termasuk dalam
dalam suku Zingiberaceae, yang tersebar di seluruh daerah tropis dan sub
tropis. Penyebaran Zingiber terbesar di belahan timur bumi, khususnya Indo
Malaya yang merupakan tempat asal sebagian besar genus Zingiber (Lawrence 1951:
Purseglove 1972). Di Asia Tenggara ditemukan sekitar 80-90 jenis Zingiber yang
diperkirakan berasal dari India, Malaya dan Papua. Namun hingga saat ini,
daerah asal tanaman jahe belum diketahui. Jahe kemungkinan berasal dari China
dan India (Grieve 1931; Vermeulen 1999) namun keragaman genetik yang luas
ditemukan di Myanmar (Jatoi et al. 2008) dan India, yang diduga merupakan pusat
keragaman jahe (Ravindran et al. 2005).
Jahe memiliki jumlah kromosom 2n=2x=22, namun beberapa
kultivar jahe diketahui sebagai poliploid (Kubitzki, 1998). Darlington dan
Ammal (1945) dalam Peter et al. (2007) melaporkan terdapat jenis Z. officinale
yang memiliki jumlah kromosom sebanyak 28. Darlington dan Wylie (1955) juga
menyatakan bahwa pada jahe terdapat 2 kromosom B. Rachmandran (1969) melakukan
analisis sitologi pada 5 spesies Zingiber dan menemukan pada seluruh spesies
memiliki jumlah kromosom 2n=22. Ratnabal (1979) mengidentifikasi kariotipe 32
kultivar jahe (Z. officinale) dan menemukan seluruh kultivar jahe memiliki
kromosom somatik berjumlah 22 dan ditemukan pula adanya kromosom asimetris
(kromosom B) pada seluruh kultivar kecuali kultivar Bangkok dan Jorhat. Beltram
dan Kam (1984) dalam Peter et al. (2007) mengobservasi 9 Zingiber spp. dan
menemukan bahwa Z. officinale bersifat aneuploid (2n=24), polyploid (2n=66) dan
terdapat B kromosom (2n= 22+2B). Tetapi Etikawati dan Setyawan (2000), Z. officinale
kultivar jahe putih kecil (emprit), gajah dan merah memiliki jumlah kromosom
2n=32. Eksomtramage et al. (2002) mengamati jumlah kromosom 3 spesies Z.
officinale asal Thailand dan menemukan 2n=2x=22. Yulianto (2010) menyatakan
jumlah kromosom jahe putih dan jahe merah yakni 2n=24=22+2B. Rachmandran (1969)
melakukan analisis sitologi pada 5 spesies Zingiber, selain menemukan jumlah
khromosom pada seluruh spesies 2n=22 juga membuktikan adanya struktur pindah
silang akibat peristiwa inversi. Observasi pada fase metaphase mitosis
menemukan bahwa jahe diploid (2n=2x=22) memiliki panjang kromosom rata-rata
128.02 μm dan lebar 5.82 μm. Rasio lengan kromosom terpanjang dan terpendek
adalah 2.06:1, hampir 45,5% kromosom memiliki 2 lengan dan terdapat 2 kromosom yang
berbeda (Zhi-min et al. 2006). Adanya variasi pada jumlah kromosom merupakan
suatu mekanisme adaptasi dan pembentukan spesies pada tanaman. Hal ini juga
menjadi penyebab terjadinya variasi genetik pada jahe. Selain itu ditemukannya
struktur pindah silang diduga menjadi penyebab rendahnya fertilitas tepung sari
yang menyebabkan pembentukan buah dan biji pada jahe jarang terjadi.
Batang jahe merupakan batang semu dengan tinggi 30 hingga
100 cm. Akarnya berbentuk rimpang dengan daging akar berwarna kuning
hingga kemerahan dengan bau menyengat. Daun menyirip dengan panjang 15 hingga
23 mm dan panjang 8 hingga 15 mm. Tangkai daun berbulu halus.
Bunga jahe tumbuh dari dalam tanah berbentuk bulat telur
dengan panjang 3,5 hingga 5 cm dan lebar 1,5 hingga 1,75 cm. Gagang
bunga bersisik sebanyak 5 hingga 7 buah. Bunga berwarna hijau kekuningan. Bibir
bunga dan kepala putik ungu. Tangkai putik berjumlah dua.
Rimpang jahe, terutama yang dipanen pada umur yang masih
muda tidak bertahan lama disimpan di gudang. Untuk itu diperlukan pengolahan
secepatnya agar tetap layak dikonsumsi. Untuk mendapatkan rimpang jahe yang
berkualitas, jahe dipanen pada umur tidak terlalu muda juga tidak terlalu tua.
Jahe segar Selain dipasarkan dalam bentuk olahan jahe,
juga dipasarkan dalam bentuk jahe segar, yaitu setelah panen, jahe dibersihkan
dan dijual kepasaran.
Terdapat beberapa hasil pengolahan jahe yang terdapat di
pasaran, yaitu:
Jahe kering
Awetan jahe
Jahe bubuk
Minyak jahe
Oleoresin jahe
Merupakan potongan jahe yang dikeringkan dengan irisan
memotong serat irisan tipis (digebing). Jenis ini sangat populer di pasar
tradisional.
Merupakan hasil pengolahan tradisional dari jahe segar. Yang
paling sering ditemui di pasaran adalah, tingting jahe (permen jahe), acar,
asinan, sirup, dan jahe instan. Beberapa jenis olahan jahe ini disukai konsumen
dari daerah Asia dan Australia.
Merupakan hasil pengolahan lebih lanjut dari jahe
menggunakan teknologi industri, jahe dikeringkan selanjutnya digiling dengan
kehalusan butiran bubuk yang ditentukan. Bubuk jahe diperlukan untuk keperluan
farmasi, minuman, alkohol dan jamu. Biasanya menggunakan bahan baku jahe
kering.
Adalah hasil pengolahan lebih lanjut dari tepung jahe.
Warnanya cokelat dengan kandungan minyak asiri 15 hingga 35%.
Jahe tumbuh subur di ketinggian 0 hingga 1500 meter di atas
permukaan laut, kecuali jenis jahe gajah di ketinggian 500 hingga 950 meter.
Untuk bisa berproduksi optimal, dibutuhkan curah hujan 2500
hingga 3000 mm per tahun, kelembapan 80% dan tanah lembap dengan PH 5,5
hingga 7,0 dan unsur hara tinggi. Tanah yang digunakan untuk penanaman jahe
tidak boleh tergenang.
Terdapat tiga jenis jahe yang populer di pasaran, yaitu:
Merupakan jahe yang paling disukai di pasaran internasional.
Bentuknya besar gemuk dan rasanya tidak terlalu pedas. Daging rimpang berwarna
kuning hingga putih.
Merupakan jahe yang banyak dipakai sebagai bumbu masakan,
terutama untuk konsumsi lokal. Rasa dan aromanya cukup tajam. Ukuran rimpang
sedang dengan warna kuning.
Jahe jenis ini memiliki kandungan minyak atsiri tinggi dan
rasa paling pedas, sehingga cocok untuk bahan dasar farmasi dan jamu. Ukuran
rimpangnya paling kecil dengan kulit warna merah, serat lebih besar dibanding
jahe biasa.
Di masyarakat barat, ginger ale merupakan produk
yang digemari. Sementara Jepang dan Tiongkok sangat menyukai asinan jahe. Sirup
jahe disenangi masyarakat Tiongkok, Eropa dan Jepang.
Di Indonesia, sekoteng, bandrek,
dan wedang
jahe merupakan minuman yang digemari karena mampu memberikan rasa
hangat di malam hari, terutama di daerah pegunungan.
Sumber : www.google.com
wikipedia
3. Lengkuas
Lengkuas, laos atau kelawas (Karo)
(Alpinia galanga) merupakan jenis tumbuhan umbi-umbian yang bisa hidup di
daerah dataran tinggi maupun dataran rendah. Umumnya masyarakat memanfaatkannya
sebagai campuran bumbu masak dan pengobatan tradisional. Pemanfaatan lengkuas
untuk masakan dengan cara mememarkan rimpang kemudian dicelupkan begitu saja ke
dalam campuran masakan, sedangkan untuk pengobatan tradisional yang banyak
digunakan adalah lengkuas merah Alpinia purpurataK
Schum.
Lengkuas adalah terna tegak
yang tingginya 2 m atau lebih. Batangnya yang
muda keluar sebagai tunas dari pangkal batang tua. Seluruh batangnya ditutupi
pelepah daun.[2] Batangnya
ini bertipe batang semu. Daunnya tunggal, bertangkai pendek, berbentuk daun lanset
memanjang, ujungnya runcing, pangkalnya tumpul, dan tepinya rata. Ukurannya
daunnya adalah: 25-50 cm × 7-15 cm. Pelepah daunnya berukuran 15-30 cm,
beralur, dan berwarna hijau. Perbungaannya majemuk
dalam tandan yang bertangkai panjang, tegak, dan berkumpul di ujung tangkai.
Jumlah bunga di bagian bawah lebih banyak daripada di atas tangkai, dan
berbentuk piramida memanjang. Kelopak bunganya berbentuk lonceng, berwarna
putih kehijauan. Mahkota bunganya yang masih kuncup pada bagian ujung warnanya
putih, dan bawahnya berwarna hijau. Buahnya termasuk buah buni,
bulat, keras, dan hijau sewaktu muda, dan coklat, apabila sudah tua.[1] Umbinya berbau
harum, ada yang putih, juga ada yang merah. Menurut ukurannya, ada yang besar
juga ada yang kecil. Karenanya, dikenal 3 kultivar yang dibedakan berdasarkan
warna dan ukuran rimpangnya.[2] Rimpangnya
ini merayap, berdaging, kulitnya mengkilap, beraroma khas, ia berserat kasar,
dan pedas jika tua. Untuk mendapatkan rimpang muda yang belum banyak seratnya,
panen dilakukan pada saat tanaman berusia 2,5-4 bulan.[1]
Sumber : www.google.com
wikipedia