Minggu, 10 Maret 2019

Ingredient

1. Cengkih

Cengkih (Syzygium aromaticum, syn. Eugenia aromaticum), dalam bahasa Inggris disebut cloves, adalah tangkai bunga kering beraroma dari keluarga pohon Myrtaceae. Cengkih adalah tanaman asli Indonesia, banyak digunakan sebagai bumbu masakan pedas di negara-negara Eropa, dan sebagai bahan utama rokok kretek khas Indonesia. Cengkih ditanam terutama di Indonesia (Kepulauan Banda) dan Madagaskar; selain itu juga dibudidayakan di ZanzibarIndia, dan Sri Lanka.
Tumbuhan ini adalah flora identitas Provinsi Maluku Utara.
Pemerian           
Pohon cengkih merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh dengan tinggi 10–20 m, mempunyai daun berbentuk lonjong yang berbunga pada pucuk-pucuknya. Tangkai buah pada awalnya berwarna hijau, dan berwarna merah jika bunga sudah mekar. Cengkih akan dipanen jika sudah mencapai panjang 1,5–2 cm.
Penggunaan
Cengkih dapat digunakan sebagai bumbu, baik dalam bentuknya yang utuh atau sebagai bubuk. Bumbu ini digunakan di Eropa dan Asia. Terutama di Indonesia, cengkih digunakan sebagai bahan rokok kretek. Cengkih juga digunakan sebagai bahan dupa di Republik Rakyat Tiongkok dan JepangMinyak cengkih digunakan di aromaterapi dan juga untuk mengobati sakit gigi. Daun cengkih kering yang ditumbuk halus dapat digunakan sebagai pestisida nabati dan efektif untuk mengendalikan penyakit busuk batang Fusarium dengan memberikan 50-100 gram daun cengkih kering per tanaman[1].

Sejarah cengkih
Pada abad yang keempat, pemimpin Dinasti Han dari Tiongkok memerintahkan setiap orang yang mendekatinya untuk sebelumnya menguyah cengkih, agar harumlah napasnya. Cengkih, pala dan merica sangatlah mahal pada zaman Romawi. Cengkih menjadi bahan tukar menukar oleh bangsa Arab pada abad pertengahan. Pada akhir abad ke-15, orang Portugis mengambil alih jalan tukar menukar di Laut India. Bersama itu diambil alih juga perdagangan cengkih dengan perjanjian Tordesillas dengan Spanyol, selain itu juga dengan perjanjian dengan sultanTernate. Orang Portugis membawa banyak cengkih yang mereka peroleh dari kepulauan Maluku ke Eropa. Pada saat itu harga 1 kg cengkih sama dengan harga 7 gram emas.
Perdagangan cengkih akhirnya didominasi oleh orang Belanda pada abad ke-17. Dengan susah payah orang Prancis berhasil membudayakan pohon Cengkih di Mauritius pada tahun 1770. Akhirnya cengkih dibudayakan di GuyanaBrasilia dan Zanzibar.
Pada abad ke-17 dan ke-18 di Inggris harga cengkih sama dengan harga emas karena tingginya biaya impor. Sebab cengkih disana dijadikan salah satu bahan makanan yang sangat berkhasiat bagi warga dan sekitarnya yang mengonsumsi tanaman cengkih tersebut. Sampai sekarang cengkih menjadi salah satu bahan yang diekspor ke luar negeri.
Pohon cengkih yang dianggap tertua yang masih hidup terdapat di Kelurahan Tongole, Kecamatan Ternate Tengah, sekitar 6 km dari pusat kota Ternate. Poho yang disebut sebagai Cengkih Afo ini berumur 416 tahun, tinggi 36,60 m, berdiameter 198 m, dan keliling batang 4,26 m. Setiap tahunnya ia mampu menghasilkan sekitar 400 kg bunga cengkih.[2]
Kandungan bahan aktif dalam bunga dan buah cengkih
Minyak esensial dari cengkih mempunyai fungsi anestetik dan antimikrobial. Minyak cengkih sering digunakan untuk menghilangkan bau napas dan untuk menghilangkan sakit gigi. Zat yang terkandung dalam cengkih yang bernama eugenol, digunakan dokter gigi untuk menenangkan saraf gigi. Minyak cengkih juga digunakan dalam campuran tradisional chōjiyu (1% minyak cengkih dalam minyak mineral; "chōji" berarti cengkih; "yu" berarti minyak) dan digunakan oleh orang Jepang untuk merawat permukaan pedang mereka.

Sumber: www.google.com , wikipedia


 2. Pala

Pala (Myristica fragrans) merupakan tumbuhan berupa pohon yang berasal dari kepulauan BandaMaluku. Akibat nilainya yang tinggi sebagai rempah-rempahbuah dan biji pala telah menjadi komoditi perdagangan yang penting sejak masa Romawi. Pala disebut-sebut dalam ensiklopedia karya Plinius "Si Tua". Semenjak zaman eksplorasi Eropa pala tersebar luas di daerah tropika lain seperti Mauritiusdan Karibia (Grenada). Istilah pala juga dipakai untuk biji pala yang diperdagangkan.

Tumbuhan ini berumah dua (dioecious) sehingga dikenal pohon jantan dan pohon betina. Daunnya berbentuk elips langsing. Buahnya berbentuk lonjong seperti lemon, berwarna kuning, berdaging dan beraroma khas karena mengandung minyak atsiri pada daging buahnya. Bila masak, kulit dan daging buah membuka dan biji akan terlihat terbungkus fuli yang berwarna merah. Satu buah menghasilkan satu biji berwarna coklat.

Pala dipanen bijisalut bijinya (arillus), dan daging buahnya. Dalam perdagangan, salut biji pala dinamakan fuli, atau dalam bahasa Inggris disebut mace, dalam istilah farmasi disebut myristicae arillus atau macis). Daging buah pala dinamakan myristicae fructus cortex. Panen pertama dilakukan 7 sampai 9 tahun setelah pohonnya ditanam dan mencapai kemampuan produksi maksimum setelah 25 tahun. Tumbuhnya dapat mencapai 20m dan usianya bisa mencapai ratusan tahun.
Sebelum dipasarkan, biji dijemur hingga kering setelah dipisah dari fulinya. Pengeringan ini memakan waktu enam sampai delapan minggu. Bagian dalam biji akan menyusut dalam proses ini dan akan terdengar bila biji digoyangkan. Cangkang biji akan pecah dan bagian dalam biji dijual sebagai pala.

Biji pala mengandung minyak atsiri 7-14%. Bubuk pala dipakai sebagai penyedap untuk roti atau kue, puding, saus, sayuran, dan minuman penyegar (seperti eggnog). Minyaknya juga dipakai sebagai campuran parfum atau sabun.

Sumber: www.google.com , wikipedia


3. Kencur

Kencur (Kaempferia galanga L.) adalah salah satu jenis empon-empon/tanaman obat yang tergolong dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae). Rimpang atau rizoma tanaman ini mengandung minyak atsiri dan alkaloid yang dimanfaatkan sebagai stimulan. Nama lainnya adalah cekur (Malaysia) dan pro hom (Thailand). Dalam pustaka internasional (bahasa Inggris) kerap terjadi kekacauan dengan menyebut kencur sebagai lesser galangal (Alpinia officinarum) maupun zedoary (temu putih), yang sebetulnya spesies yang berbeda dan bukan merupakan rempah pengganti. Terdapat pula kerabat dekat kencur yang biasa ditanam di pekarangan sebagai tanaman obat, temu rapet (K. rotunda Jacq.), namun mudah dibedakan dari daunnya.
Nama kencur dipinjam dari bahasa Sanskerta, kachora, कचोर, yang berarti temu putih (Curcuma zedoaria).
Rimpang kencur
Kencur merupakan temu kecil yang tumbuh subur di daerah dataran rendah atau pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak terlalu banyak air. Jumlah helaian daun kencur tidak lebih dari 2-3 lembar (jarang 5) dengan susunan berhadapan, tumbuh menggeletak di atas permukaan tanah. Bunga majemuk tersusun setengah duduk dengan kuntum bunga berjumlah antara 4 sampai 12 buah, bibir bunga (labellum) berwarna lembayung dengan warna putih lebih dominan[2].
Tumbuhan ini tumbuh baik pada musim penghujan. Kencur dapat ditanam dalam pot atau di kebun yang cukup sinar matahari, tidak terlalu basah dan setengah ternaungi.
Penyebaran dan etnobotani
Kaempferia galanga kemungkinan berasal dari India, di mana ia tersebar luas. Tanaman ini dibudidayakan secara meluas di Asia TenggaraCina selatan, Nusantara hingga Maluku; dan kemungkinan pula diintroduksi ke Australia utara.[2]
Kencur (nama bahasa Jawa dan bahasa Indonesia) dikenal di berbagai tempat dengan nama yang berbeda-beda: cikur (bahasa Sunda); ceuko (bahasa Aceh); kaciwer (bahasa Karo); kencor (Madura); cekuh (bahasa Bali); Sekuh atau Sekur (bahasa Sasak), kencur, sukung(bahasa Melayu Manado); asauli, sauleh, soul, umpa (bahasa-bahasa di Maluku); serta cekir (Sumba).
Berbagai masakan tradisional Indonesia dan jamu menggunakan kencur sebagai bagian resepnya. Kencur dipakai orang sebagai tonikumdengan khasiat menambah nafsu makan sehingga sering diberikan kepada anak-anak. Jamu beras kencur sangat populer sebagai minuman penyegar pula. Di Baliurap dibuat dengan menggunakan daun kencur.
Ungkapan "masih bau kencur" berarti "masih belum berpengalaman".

Sumber: www.google.com , wikipedia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar